Kamis, 04 April 2013

TATA PERGAULAN



TATA PERGAULAN UMUM
واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً  فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ  فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ  مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ. ’{ال عـمران 103}
Artinya :Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah   dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu  maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya  agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S. Ali Imron ayat 103).
Disebutkan dalam Tafsir Al-Manar bahwa, ayat ini sebagai jalan keluar untuk memenuhi perintah Allah supaya bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa yang di sebutkan pada ayat sebelumnya dan untuk menjauhi larangan agar tidak meninggal atau mati kecuali dalam keadaan Islam. (Q.S. Ali Imran : 102). Agar perintah dan larangan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka hendaklah orang-orang yang beriman berpegang teguh (mengamalkan) Al-Qur’an dengan berjama’ah (bersatu padu) (Tafsir Al-Qur’anul Hakim juz III/19).
Manusia hidup di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri,melainkan memerlukan satu sama lain. Tegasnya bahwa diri pribadi manusia itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan sebagai anggota yang tidak terpisahkan dari bangsa itu sendiri.[1]
Dalam ayat ini Allah SWT mewajibkan supaya berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah nabi-Nya dan agar menyelesaikan permasalahanya berdasarkan keduanya. Allah juga memerintahkan agar berjama’ah dalam mengamalkan islam, sebab dengan cara demikian maka akan ada kesepakatan dan kesatuan yang merupakan syarat utama bagi kebaikan dunia dan agama. (Tafsir Al-Qurthubi juz IV/163).
Ayat ini melarang berpecah belah (berkelompok-kelompok) dalam agama, sebagaimana berpecah-belahnya ahli kitab atau orang-orang jahiliyah yang lain. Ayat ini juga melarang melaksanakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan dan menghilangkan persatuan. (Tafsir Abi Su’ud juz I/66).
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini mengisahkan tentang keadaan suku Aus dan Khajraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku tersebut saling bermusuhan dan berperang selama 120 tahun. Setelah mereka memeluk Islam Allah menyatukan hati mereka sehingga mereka menjadi bersaudara dan saling menyayangi. Ketika orang-orang Aus dan Khajraj sedang berkumpul dalam satu majlis, kemudian ada seorang Yahudi yang melalui mereka, lalu ia mengungkit-ungkit permusuhan dan peperangan mereka pada bani BU’ATS. Maka permusuhan diantara kedua suku tersebut mulai memanas kembali, kemarahan mulai timbul, sebagian mencerca sebagian lain dan keduanya saling mengangkat senjata, lalu ketegangan tersebut disampaikan kepada nabi shallallahu alaihi wa salam. Kemudian beliau mendatangi mereka untuk menenangkan dan melunakkan hati mereka, seraya bersabda :
“Apakah dengan panggilan-panggilan jahiliyah, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian?.”
Lalu beliau membacakan ayat ini. Setelah itu mereka menyesal atas apa yang telah terjadi dan berdamai kembali seraya berpeluk-pelukan dan meletakan senjata masing-masing.

PERGAULAN SESAMA MUSLIM
وَاّلذين تبوء والدار الايمان من قبلهم يحبون من هاجر اليهم ولا يجدون في صدورهم حاجة مما اوتوا ويؤثرون على انفسهم ولوكان بهم خصاصة , ومن يوق شح نفسه فاو لئك هم المفلحون 9 والذين جاءو من بعدهم يقولون رنا اغفرلنا ولإخواننا اذين يبقون با اللإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رءوف رحيم 10
Artinya : Dan kaum Anshar yang telah mendiami kota Madinah, dan telah beriman lebih dahulu sebelum kedatangan kaum Muhajirin, mereka mempunyai sifat-sifat yang mulia. Mereka mencintai kaum amuhajirin yang mengungsi ke kota mereka, dan tidak ada minat dalam hatinya untuk mendapatkan jatah pula sebagaimana yang diberikan kepada kaum Muhajirin. Lebih dari itu, mereka mengutamakan kepentingan kaum Muhajirin melebihi kepentingan diri mereka sendiri, sekalipun mereka membutuhkan pula. Barang siapa yang memelihara dirinya dari sifat kikir, itulah orang-orang yang beruntung 9
Dan mereka yang mengikuti jejak kaum Muhajirin dan Anshar sampai hari kiamat, mereka berdo’a, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa kamibegitu juga dosa saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami . dan janganlah Engkau biarkan kedengkian sampai bersarang dalam hati kami terhadap orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang.10

            Sesudah Allah menjelaskan penggunaan harta fai’ pada ayat terdahulu, dan menyebutkan harta fai’itu milik Allah dan Rasul-Nya, kaum kerabat,anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, di sini Allah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan mereka itu adalah orang-orang fakir dari kaum Muhajirin yang mempunyai sifat-sifat luhur dan watak mulia. Kemudian Allah memuji orang-orang Anshar, yaitu penduduk Madinah dan mengangkat pujian mereka.
Dalam ayat Sembilan diterangkan, sikap orang-orang mukmin dari golongan Anshar dalam menerima dan menolong saudara-saudara mereka orang -orang Muhajirin yang miskin, dan pernyataan Allah yang memuji sifat mereka itu, sifat-sifat orang Anshar itu adalah
  1. mereka mencintai orang-orang Muhajirin, dan menginginkan orang –orang Muhajirin itu memperoleh kebaikan sebagaimana mereka menginginkan kebaikan itu untuk dirinya. Rasulullah SAW mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, seakan-akan mereka saudara kandung. Orang-orang Anshar menyediakan sebagian rumah-rumah mereka untuk kaum Muhajirin , dan mencarikan permepuan-perempuan Anshar untuk dijadikan istri kaum Muhajirin dan sebagainya.
  2. orang Anshar tidak berkeinginan memperoleh harta fai’ itu seperti yang telah diberikan kepada kaum Muhajirin. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada orang-orang Anshar, “ sesungguhnya saudara-saudara kami (Muhajirin) telah meninggalkan harta-harta dan anak-anak merekadan telah hijrah ke Negerimu.” Mereka berkata, “ harta kami terlah terbagi-bagi diantara kami.” Rasulullah berkata, “ atau yang lain dari itu?” mereka berkata, “ apa ya Rasulullah?” Beliau berkata, “ mereka adalah orang-orang yang tidak bekerja, maka sediakan tamar dan bagikanlah kepada mereka.” Mereka menjawab, “ baik ya Rasulullah.”
  3. mereka mengutamakan kaum Muhajirin daripada mereka sendiri dalam kesempitan, sehingga ada seorang Anshar mempunyai dua orang istri, sehingga yang seorang diceraikannya agar dapat dikawini oleh temannya Muhajirin.
Diriwayatkan pula oleh Bukhori, Muslim, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’idari Abu Hurairah mereka berkata,Seorang laki-laki telah datang kepada Rasulullah SAW dan berkata,”aku lapar” maka Rasulullah berkata pada istri-istriya menanyakan makanan, tapi tidak ada, beliau berkata, “apakah tidak ada seorang yang menerima orang ini sebagai tamu mala mini?Ketahuilah bahwa orang yang mau menerima laki-laki ini sebagai tamu (dan memberi makanan ) malamini, akan diberi rahmat oleh Allah,Abu Talhah seorang dari Anshar berkata, “saya ya Rasulullah”, maka ia pergi menemui istrinya dan berkata, “hormatilah tamu Rasulullah,” istrinya berkata, “demi Allah tidak ada makanan kecuali makanan untuk anak-anak,” Abu Talhah berkata, “ apabila anak-anak hendak makan malam, tidurkanlah mereka, padamkanlah lampu, biarlah kita menahan lapar  mala mini agar kita dapat menerima tamu Rasulullah,” maka hal itu dilakukan oleh istrinya. Pagi-pagi besoknya Abu Talhah menghadap kepada Rasulullah menceritakan peristiwa malam itu dan beliau bersabda, “ Allah benar-benar kagum malam itu terhadap perbuatan suami istri tersebut.” Maka ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu.
            Allah selanjutnya menegaskan bahwa orang-orang yang dapat mengendalikan dirinya dengan mengikuti agama Allah, sehingga ia dapat menghilangkan rasa loba terhadap harta, sifat kikir, dan sifat mengutamakan dirinya sendiri, adalah orang-orang yang beruntung. Mereka telah berhasil mencapai tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah
     Dalam ayat sepuluh menerangkan bahwa generasi kaum Muslimin yang datang kemudian, setelah berakhirnya generasi Muhajirin dan Anshar, sampai datangnya hari kiamat nanti erdo’a kepada Allah, yang artinya, “ Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara-saudara kami seagama yang lebih dahulu beriman daripada kami.”
            Ada beberapa hal yang dapat diambil dari ayat ini, yaitu :
1.      Jika seseorang berdo’a, maka do’a itu dimulai dari dirinya sendiri, kemudian untuk orang lain
2.      Kaum Muslimin satu dengan yang lain mempunyai hubugan persaudaraan, seperti hubungan seibu-sebapak. Mereka saling mendo’akan agar diampuni Allah segala dosa-dosanya, baik yang sekarang  maupun yang terdahulu
3.      Kaum Musliminn wajib mencintai para sahabat Rasulullah SAW, karena mereka telah memberikan contoh dalam berhubungan yang baik dengan sesama manusia. Jika seseorang ingin hidupnya bahagia di duna dan di akhirat, hendaklah mencotoh hubungan persaudaraan yang telah dilakukan kaum Muhajirin dan Anshar itu.
Ayat ke-sepuluh ini mempunyai hubungan erat dengan ayat sebelumnya. \Oleh karena itu, maksud ayat ini menjelaskan bagaimana hubungan orang-orang Muhajirin yang telah meninggalkan kampong halaman, keluarga, dan harta mereka di Mekkah dengan orang-orang Anshar yang beriman yang telah menerima orang-orang Muhajirin dengan penuh kecitaan dan persaudaraan di kampong halaman mereka, yang mereka lakukan semata-mata untuk mencari keridloan allah dan bersama-sama menegakkan agama Allah serta menunjukkan iman mereka yang benar, demikina pulalah hendaknya hubungan kaum Muslimin yang datang sesudahnya. Hendaklah mereka tolong menolong dan memper erat persaudaraan dalam meninggikan kalimat Allah.




PERGAULAN SESAMA MUSLIM
Surat Al-Hasyr ayat 9
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ                                                                                                   
Artinya: “Dan Orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.Al-Hasyr: 9)

Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Zaid ibnul Asham bahwa suatu ketika orang-orang Anshar berkata,”Wahai Rasulullah, berikanlah sebagian dari tanah yang kami miliki ini kepada saudar-sudara kami, kaum Muhajirin.” Rasulullah lalu menjawab,”Tidak. Akan tetapi, kalian cukup menjamin kebutuhan makan mereka serta memberikan setengah dari hasil panen kalian. Adapun tanahnya maka ia tetap menjadi hal milik kalian.” Orang-orang Anshar lalu menjawab,”Ya, kami menerimanya.” Allah lalu menurunkan ayat ini.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata,”Suatu hari, seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata,”Wahai Rasulullah, sekarang ini saya sangat kelaparan. ”Rasulullah lalu menanyakan kepada istri-istrinya apakah memiliki persediaan makanan, namun tidak ada apapun pada mereka. Rasulullah lantas berkata kepada sahabat-sahabatnya, ”Adakah di antara kalian yang mau menjamunya malam ini? Semoga Allah merahmati yang menjamu tersebut.” Seorang laki-laki dari kalangan Anshar lalu berdiri dan berkata,”Wahai Rasulullah, saya yang akan menjamunya.”
Laki-laki itu lantas pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya,”Saya telah berjanji akan menjamu seorang tamu Rasulullah. Oleh karena itu, keluarkanlah persediaan makananmu.” Akan tetapi, sang istri menjawab,”Demi Allah, saya tidak punya makanan apapun kecuali sekedar yang akan diberikan kepada anak-anak kita.” Laki-laki itu lantas berkata,”Kalau begitu, jika nanti anak-anak kita telah terlihat ingin makan malam maka berusahalah untuk menidurkan mereka. Setelah itu, hidangkanlah makanan untuk mereka itu (kepada sang tamu) dan padamkan lampu.” Adapun kita sendiri akan tidur dengan perut kosong pada malam ini ! sang istri lalu mengikuti instruksi suaminya itu.
Pada pagi harinya, laki-laki itu bertemu dengan Rasulullah. Beliau lantas berkata kepada para sahabat, ”Sesungguhnya Allah telah terkagum-kagum atau tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh si Fulan dan si Fulanah. Allah lantas menurunkan ayat, ”dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan.[2]

Ø  Munasabah Surat Al-Hasyr ayat 9 dengan ayat sebelumnya
Sesudah Allah menjelaskan penggunaan harta fai’ pada ayat terdahulu, dan menyebutkan harta fai’ itu untuk Allah dan Rasul-Nya, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, di sini Allah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan mereka itu adalah orang-orang fakir dari kaum Muhajirin yang mempunyai sifat-sifat luhur dan watak mulia. Kemudian Allah memuji orang-orang Anshar, yaitu penduduk Madinah, dan menyangatkan pujian mereka. Dia menyebutkan untuk mereka berbagai keutamaan berikut:
a)      Mereka mencintai orang-orang Muhajirin.
b)      Tidak mempunyai rasa dendam dan dengki kepada kaum Muhajirin.
c)      Mereka lebih mengutamakan orang-orang Muhajirin di atas diri sendiri, dan memberikan kepada orang-orang Muhajirin apa yang sebenarnya mereka sendiri memerlukan.


Ø  Munasabah Surat Al-Hasyr ayat 9 dengan ayat sesudahnya
Kemudian Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, yaitu orang-orang yang datang sesudah kaum Muhajirin dan Anshar menuju hari kiamat, mereka mendoakan bagi diri mereka sendiri dan orang-orang sebelum mereka ampunan Allah, dan memohon kepada Allah agar tidak menjadikan dalam hati mereka rasa dendam dan dengki kepada orang-orang sebelum mereka itu.[3]

PERGAULAN DENGAN NON MUSLIM

إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ الَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِيْنَ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْ
Artinya :Sesungguhnyaorang-orangyang beriman dan orang-orang yang jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabi'in, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shalih, maka untuk mereka adalah ganjaran di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka-cita.
Ayat ini sering diperkosa oleh kalangan sekuler atau Islam liberal sebagai ayat yang membenarkan semua agama. Karena secara harfiyah, ayat ini sekilas memang menunjukkan bahwa yahudi, nasrani dan sabiin bila telah beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat dan berbuat kebaikan, akan menerima pahala. Bahkan meski di atay itu tidak disebutkan, sering dipahami dengan masuk surga dan agamanyabenar atau diakui oleh Allah SWT juga.
Pemerkosaan ayat ini demi kepentingan kampanye bahwa semua agama adalah benar merupakan gaya khas para zindiq dan orang-orang yang ingin merusak agama ini. Bila dikupas lebih dalam, maka kesalahan fatalnya adalah :
Mengambil pengertian sekilas sebuah ayat lalu menambahinya dengan pemikiran pribadi bukanlah cara yang dibenarkan dalam metodologi tafsir, apalagi metodologi fiqih.
Para ulama terbiasa mengkomparasikan sekian banyak ayat, hadits dan dalil-dalil lainnya sebelum mengambil kesimpulan. Sedangkan mencungkil sebuah ayat tanpa membandingkan pemahamannya dengan yang lain adalah ciri para zindiq dan provokator yangmenyesatkan.
Ayat itu sama sekali tidak memberikan pengertian bahwa nasrani atau yahudi itu adalah agama yang benar. Apalagi disamakan dengan Islam. Ayat itu hanya menyebutkan bahwa bila beriman kepada Allah SWT, hari akhir dan berbuat baik, maka mendapat pahala. Tapi tidak ada keterangan bahwa agama mereka itu benar dan diterima Allah SWT. Yang ada hanyalah Allah SWT memberikan balasan kepada amal shalih yang mereka lakukan. Namun dengan syarat iman kepada Allah SWT dan hariakhir. Dan iman kepada Allah SWT itu bukan sekedar percaya bahwa Allah SWT itu ada. Karena kalau hanya sampai disitu, orang-orang arab jahiliyah pun juga percaya bahwa Allah SWT itu ada. Silahkan simak ayat berikut ini :
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka dipalingkan”.(QS. Al-Ankabut : 61).
Arab Jahiliyah yang menyembah 360 berhala di sekeliling kabah itu tak ada satu pun dari mereka yang atheis, semuanya iman kepada Allah SWT dalam arti percaya bahwa Allah SWT itu ada. Bahkan lebih dari itu, mereka pun menyembah Allah SWT, berkurban, berhaji dan bertawakkal kepada Allah SWT. Dengarlah apa yang diucapkan oleh Abdul Muttalib ketika kabah hendak dihancurkan oleh Abrahah,Kabah ini memiliki tuhan yang akan melindunginya. Karena itu beliau hanya meminta unta-untanya yang dirampas Abrahah dan yakin sekali bahwa Allah SWTpasti melindungi ka’bah.
Tapi semua keimanan itu tidak ada gunanya, karena doktrin iman versi Al-Quran Al-Karim tidaklah berhenti sampai disitu, melainkan sampai pada dua kalimat: Tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali hanya Allah SWT dan Muhammad itu adalah Nabi dan utusan Allah. Artinya, segala penyembahan dalam bentuk apapaun dan kepada objek apapun harus dibuang, kecuali hanya kepada Allah SWT saja. Dan bahwa Muhammad itu bukan sekedar tokoh jenius, berpengaruh atau sosok pemimpin, tapi lebih dari itu, beliau adalah manusia yang diturunkan kepadanya kitab suci, wahyu, syariat, dan agama terakhir yang menghapus semua syariat dan agama lainnya. Itulah pengertian iman versi Al-Quran Al-Karim. Jadi bukan sekedar percaya kepada tuhan. Kalau sekedar percaya, maka hitler, Musolini dan semua begundal dunia pun percaya.
Bila ayat itu dipahami bahwa semua agama adalah benar dan pasti pemeluknya:
·               Agama disisi Allah SWT hanya Islam saja, lainnya mendapat pahala, maka pemahaman sesat seperti itu bertabrakan dengan sekian banyak ayat dan hadits lainnya
·               Agama lain selain Islam tidak akan diterima danrugi. Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. Ali Imran :85).
·               Al-Quran Al-Karim secara tegas menyatakan bahwa Nasrani itu kafir,
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.(QS.Al-Maidah:72).
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.(QS.Al-Maidah:73).
·               Nasrani itu Dilaknat Allah SWT Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.(QS. Al-Maidah : 78-79).
·               Nasrani dan Yahudi itu Diperangi Allah SWT, Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah memerangi mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?(QS. At-Taubah : 30).
·               Nasrani Itu Celaka Karena Menodai Kesucian Kitabnya, Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.(QS. Al-Baqarah :79).
·               Nasrani itu selain menyembah Isa juga menyembah pendeta dan rahib mereka, Mereka menjadikan para pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS.At-Taubah:31).
Yang benar dalam menafsirkan ayat Al-Baqarah : 62 adalah dengan membaca ayat lainnya yaitu surat An-Nisa:162.
Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka (ahli kitab) dan orang-orang mu'min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu , dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.(QS. An-Nisa : 162).
         Beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad SAW), yaitu beriman dan membenarkan Al-Quran Al-Karim serta menjadikannya sebagai kitab suci dan pedoman hidup. Beriman kepada apa yang telah diturunkan sebelummu, yaitu kitab-kitab sebelumnya, tentu yang masih asli dan belum dinodai dengan tambahan dan mengurangan. Mendirikan shalat sebagaimana yang telah ditentukan oleh Rasulullah SAW , karena syariat shalat yang dibawa nabi Isa telah dinasakh (dihapus) dan diganti dengan aturan baru yang dibawa oleh Rasulullah SAW.Menunaikan zakat, Beriman kepada Allah, Beriman kepada hari kemudian.
Jadi tidak cukup sekedar percaya bahwa tuhan itu ada dan kiamat itu ada dan melakukan kebaikan.
























DAFTAR PUSTAKA


Adz-Dzikra, terjemah dan Tafsir Al-Qur’an Dalam Huruf Arab dan Latin juz 26-30, Angkasa Bandung, Bachtiar Surin 2393-2394

Al-Qur’an dan TafsirnyanJilid 10 juz 28-29-30, (Edisi Yang Disempurnakan), Jakarta Departemen Agama RI, 2009

Majlis Ulama Indonesia Kabupaten Jombang, Khutbah Pembangunan & Pembinaan Mental. Hlm. 70

Terjemah Tafsir Al-Maraghi 28, Ahmad Mustafa Al-Maraghi


http://my.opera.com/winaldi/blog/2007/02/15/tafsir-ayat-62-surah-al-baqarah-semua-ag




[1] Majlis Ulama Indonesia Kabupaten Jombang, Khutbah Pembangunan & Pembinaan Mental. Hlm. 70
[2] Jalaludin As-Suyuti, Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an), penerjemah Tim Abdul Hayyie, (Jakarta: Gema Insani, 2009), hlm. 561-562
[3] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi Juz 28, alih bahasa Bahrun Abu Bakar, dkk., (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm. 65

Minggu, 31 Maret 2013

MAKALAH ILMU JIWA BELAJAR



TUGAS MAKALAH

ILMU JIWA BELAJAR

“GEJALA KEJIWAAN MANUSIA”


DOSEN PEMBIMBING :

Bpk. Ali Priono R., S.Ag, M.Pd.I

PENYUSUN KELOMPOK II

1.      Fatchul Anwar

2.      Iftahurrohmah

3.      Siti Laili M





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAHRUL ‘ULUM

TAMBAKBERAS JOMBANG





KATA PENGANTAR





السلام عليكم ورحمة الله وبركاته



الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه, اما بعد

            Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis keni’matan, yaitu berupa kesehatan jasmani ataupun rohani sehingga dalam waktu yang ditentukan penulis telah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Bpk. Ali Priono R., S.Ag, M.Pd.I. yaitu tugas Ilmu Jiwa Belajar, dimana isi daripada tugas penulis adalah menjelaskan tentang gejala jiwa manusia. Dan tak lupa terima kasih penulis yang tak terhingga kepada Bpk. Ali Priono R., S.Ag, M.Pd.I atas apa yang telah beliau berikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Ilmu Jiwa Belajar ini dengan sebaik-baiknya.

            Demikian sepatah kata yang diberikan oleh penulis, untuk kurang lebihnya penulis mohon maklum atas kekurangan dari tugas ini.





والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



                                                                                    Jombang, Maret 2013



Penulis            





DAFTAR ISI





KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii



BAB I............................................................................................................ 1

PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A.    Latar Belakang...................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1



BAB II........................................................................................................... 2

PEMBAHASAN........................................................................................... 2

A.    Sifat dan Hakikat Manusia...................................................................... 2

B.     Pembagian Gejala Jiwa............................................................................ 2

C.     Pengertian IQ, EQ, dan SQ..................................................................... 5

D.    Mengaplikasikan Konsep IQ, EQ, dan SQ

Dalam Proses Pembelajaran..................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 7













BAB I

PENDAHULUAN

C.     Latar Belakang

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan.

Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan hakekat menusia. Disebut sifat hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.

Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakekat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih profesional.

D.    Rumusan Masalah

a.       Apa yang dimaksud dengan sifat hakikat manusia?

b.      Apa pengertian Kognisi, Konasi, dan Emosi?

c.       Apa pengertian IQ, EQ, dan SQ?

d.      Bagaimanakah cara mengaplikasikan konsep IQ, EQ, dan SQ dalam proses pembelajaran?















BAB II

PEMBAHASAN

E.     Sifat dan Hakikat Manusia

Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:

1)      Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan): sifat ini telah membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan lingkungannya.

2)      Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.

3)      Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya.

Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani, jiwa atau psikhe. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.

Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.



B.     Pembagian Gejala Jiwa

Seluruh peristiwa atau gejala jiwa itu dapat digolongkan menjadi tiga golongan gejala jiwa, yaitu:

1)      Gejala pengenalan atau kognisi

2)      Gejala kehendak atau konasi

3)      Gejala perasaan atau emosi

a.       Gejala Kognisi

Gejala kognisi dalam kamus bahasa Indonesia dapat dartikan pengamatan pemikiran, pencapaian pengetahuan tentang sesuatu. Gejala kognisi juga disebut gejala pengenalan yang dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1)      Di luar yang meliputi penginderaan dan pengamatan

2)      Di pusat yang meliputi tanggapan, ingatan, dan fantasi

·         Penginderaan merupakan penyaksian indera kita atas rangsang yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas).

·         Pengamatan merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Agar dapat menyadari sesuatu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

a.       Adanya obyek yang diamati

b.      Alat indera atau reseptor yang cukup baik, yaitu merupakan alat indera untuk menerima stimulus

c.       Untuk menyadari atau untuk mengadakan pengamatan sesuatu diperlukan pula adanya perhatian

·         Tanggapan merupakan gambaran tentang sesuatu yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan atau setelah kita berfantasi.

·         Ingatan (memory) merupakan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.

·         Fantasi (khayalan, angan-angan, imajinasi) merupakan kekuatan jiwa untuk menciptkan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan pertolongan tanggapan-tangapan yang telah kita miliki.

b.      Gejala Konasi

Gejala Konasi merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Kemauan sendiri dibagi atas :

·         Dorongan

·         Keinginan

·         Hasrat

·         Kecenderungan

·         Hawanafsu

·         Kemauan

a.       Dorongan, ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentudan berlangsung diluar kesadaran kita.

b.      Keinginan, ialah dorongan nafsu yang tertuju pada suatu benda tertentu atau yang kongkret.

c.       Hasrat, ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang.

d.      Kecenderungan, ialah hasrat yang aktif menyuruh kita agar lekas bertindak.

e.       Hawa nafsu, ialah hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai seluruh fungsi jiwa kita.

f.       Kemauan, ialah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan sesuatu yang berdasarkan persaan dan fikiran.

c.       Gejala Emosi

Gejala Emosi merupakan gejala afektif pada kejiwaan manusia yang dihayati secara subjektif, yang pada umumnya bersentuhan secara langsung dengan gejala pengenalan. Raeksi emosi merupakan gejala jiwa yang kompleks, yang mempunyai bentuk dan variasi bermacam-macam. Diantara reaksi emosional itu adalah :

·         Terkejut, ialah suatu reaksi yang terjadi dengan tiba-tiba karena adanya hal yang tidak tersangka sebelumnya.

·         Sedih, ialah kekosongan jiwa merasa kehilangan sesuatu yang dihargai.

·         Gembira, ialah rasa positif terhadap sesuatu yang dihadapai.

·         Takut, ialah perasaan lemah atau tidak berani menghadapi suatu keadaan.

·         Gelisah, ialah semacam takut, tetapi dalam taraf yang ringan.

·         Khawatir, ialah merasa tidak berdaya dan disertai perasaan terancam.

·         Marah, ialah reaksi terhadap suatu rintangan yang menyebabkan gagalnya suatu usaha.

·         Heran, ialah suatu reaksi terhadap suatu obyek yang belum pernah dialami.

·         Giris, ialah perasaan yang timbul pada seseorang apabila tidak terdapat lagi keseimbangan antara dirinya dan lingkungan. Dll.

C.     Pengertian IQ, EQ, dan SQ

Kecerdasan dapat dibagi dalam tiga macam kecerdasan , yang dapat kami jelaskan sebagai berikut :

a)      IQ (Intelligent Quotient )

IQ ( Intelligent Quotient) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan intelektual, berupa kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir".

b)      EQ ( Emotional Quotient )

EQ ( Emotional Quotient) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan emosional, berupa kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indra.

Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya, dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik.

c)      SQ (Spiritual Quotient )

SQ ( Spiritual Quotient ) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan spiritual berupa kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas. SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat .



D.    Mengaplikasikan Konsep IQ, EQ, dan SQ Dalam Proses Pembelajaran

Aplikasi konsep IQ, EQ, dan SQ dalam pembelajaran perlu diakui bahwa IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) di dalam diri kita, sehingga tak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan pembelajaran tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan.

Dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah pendekatan yang mampu memahami karakteristik peserta didik sehingga lingkungan sekolah benar-benar dapat memberi kesempatan bagi pengembangan potensi peserta didik agar mencapai titik maksimal. Upaya untuk mengintegrasikan ketiga potensi kecerdasan tersebut melalui proses pembelajaran tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kekhasan masing-masing. Latar belakang ekonomi, lingkungan sosial, bakat, minat, pengetahuan serta motivasi antara satu murid dengan murid yang lain tidaklah selalu sama.

Oleh karena itu SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ diperlukan untuk memberikan makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan secara komprehensif. Dalam pembelajaran diperlukan juga kreatifitas dan inovasi dari pendidik agar proses pembelajaran tidak menjemukan yang tentu saja akan berpengaruh pada prestasi peserta didik tetapi menyenangkan (enjoyful learning) (EQ), bermakna (meaningful learning) (SQ), dan menantang atau problematis (problematical learning) (IQ). Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan tercipta manusia-manusia pembelajar yang selalu tertantang untuk belajar (learning to do, learning to know) (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta selalu memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri yang sesungguhnya (real achievement).





DAFTAR PUSTAKA



Ahmadi, Abu – Umar. M. Edisi Revisi 2009. Psikologi Umum.Surabaya: PT Bina Ilmu



Ahmadi, Abu. Edisi Revisi 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta



Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia