TUGAS MAKALAH
ILMU JIWA BELAJAR
“GEJALA KEJIWAAN MANUSIA”
DOSEN PEMBIMBING :
Bpk. Ali Priono R., S.Ag, M.Pd.I
PENYUSUN KELOMPOK II
1.
Fatchul
Anwar
2.
Iftahurrohmah
3.
Siti
Laili M
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAHRUL ‘ULUM
TAMBAKBERAS JOMBANG
KATA PENGANTAR
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه,
اما بعد
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis
keni’matan, yaitu berupa kesehatan jasmani ataupun rohani sehingga dalam waktu
yang ditentukan penulis telah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Bpk.
Ali Priono R., S.Ag, M.Pd.I. yaitu tugas Ilmu Jiwa Belajar, dimana isi
daripada tugas penulis adalah menjelaskan tentang gejala jiwa manusia. Dan tak
lupa terima kasih penulis yang tak terhingga kepada Bpk. Ali Priono R.,
S.Ag, M.Pd.I atas apa yang telah beliau berikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Ilmu Jiwa Belajar ini dengan sebaik-baiknya.
Demikian sepatah
kata yang diberikan oleh penulis, untuk kurang lebihnya penulis mohon maklum
atas kekurangan dari tugas ini.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jombang,
Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I............................................................................................................ 1
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................... 2
PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A.
Sifat
dan Hakikat Manusia...................................................................... 2
B.
Pembagian Gejala Jiwa............................................................................ 2
C.
Pengertian IQ, EQ, dan SQ..................................................................... 5
D. Mengaplikasikan Konsep IQ, EQ, dan SQ
Dalam Proses Pembelajaran..................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
C.
Latar
Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi
kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya
mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri
khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan.
Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari
kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan hakekat menusia. Disebut sifat
hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia
dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakekat
manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap,
menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi
dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan
mengenai hakekat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat
menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang
pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai
pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih profesional.
D. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sifat hakikat manusia?
b. Apa pengertian Kognisi, Konasi, dan Emosi?
c. Apa pengertian IQ, EQ, dan SQ?
d. Bagaimanakah cara mengaplikasikan konsep IQ, EQ, dan SQ dalam proses
pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
E.
Sifat
dan Hakikat Manusia
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga
komponen jiwa yang menggerakkan aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa
tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu
dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:
1) Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan): sifat ini telah membuat manusia tumbuh
secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan lingkungannya.
2) Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami
desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan
inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan
seleranya.
3) Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar atau
salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat
mengarahkan keinginan dan emosinya.
Menurut
ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani, jiwa atau
psikhe. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat
manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia
dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama
dilihat dari segi biologisnya.
Disebut
sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus
dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki,
mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati.
Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih
halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan
kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.
B.
Pembagian Gejala Jiwa
Seluruh peristiwa atau gejala jiwa itu dapat
digolongkan menjadi tiga golongan gejala jiwa, yaitu:
1)
Gejala pengenalan atau kognisi
2)
Gejala kehendak atau konasi
3)
Gejala perasaan atau emosi
a. Gejala Kognisi
Gejala kognisi dalam kamus bahasa Indonesia
dapat dartikan pengamatan pemikiran, pencapaian pengetahuan tentang sesuatu. Gejala
kognisi juga disebut gejala pengenalan yang dalam garis besarnya dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1) Di luar yang meliputi penginderaan dan pengamatan
2) Di pusat yang meliputi tanggapan, ingatan, dan fantasi
·
Penginderaan merupakan penyaksian indera
kita atas rangsang yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur,
tidak jelas).
·
Pengamatan merupakan hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Agar dapat
menyadari sesuatu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Adanya obyek yang diamati
b. Alat indera atau reseptor yang cukup baik, yaitu merupakan alat indera
untuk menerima stimulus
c. Untuk menyadari atau untuk mengadakan pengamatan sesuatu diperlukan pula
adanya perhatian
·
Tanggapan merupakan gambaran tentang
sesuatu yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan atau
setelah kita berfantasi.
·
Ingatan (memory) merupakan kekuatan jiwa
untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.
·
Fantasi (khayalan, angan-angan, imajinasi)
merupakan kekuatan jiwa untuk menciptkan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan
pertolongan tanggapan-tangapan yang telah kita miliki.
b. Gejala Konasi
Gejala Konasi merupakan salah satu fungsi
hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktivitas psikis yang
mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Kemauan
sendiri dibagi atas :
·
Dorongan
·
Keinginan
·
Hasrat
·
Kecenderungan
·
Hawanafsu
·
Kemauan
a. Dorongan, ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan
tertentudan berlangsung diluar kesadaran kita.
b. Keinginan, ialah dorongan nafsu yang tertuju pada suatu benda tertentu
atau yang kongkret.
c. Hasrat, ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang.
d. Kecenderungan, ialah hasrat yang aktif menyuruh kita agar lekas
bertindak.
e. Hawa nafsu, ialah hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai
seluruh fungsi jiwa kita.
f. Kemauan, ialah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan
sesuatu yang berdasarkan persaan dan fikiran.
c. Gejala Emosi
Gejala Emosi merupakan gejala afektif pada
kejiwaan manusia yang dihayati secara subjektif, yang pada umumnya bersentuhan
secara langsung dengan gejala pengenalan. Raeksi emosi merupakan gejala jiwa
yang kompleks, yang mempunyai bentuk dan variasi bermacam-macam. Diantara
reaksi emosional itu adalah :
·
Terkejut, ialah suatu reaksi yang terjadi
dengan tiba-tiba karena adanya hal yang tidak tersangka sebelumnya.
·
Sedih, ialah kekosongan jiwa merasa
kehilangan sesuatu yang dihargai.
·
Gembira, ialah rasa positif terhadap
sesuatu yang dihadapai.
·
Takut, ialah perasaan lemah atau tidak
berani menghadapi suatu keadaan.
·
Gelisah, ialah semacam takut, tetapi dalam
taraf yang ringan.
·
Khawatir, ialah merasa tidak berdaya dan
disertai perasaan terancam.
·
Marah, ialah reaksi terhadap suatu
rintangan yang menyebabkan gagalnya suatu usaha.
·
Heran, ialah suatu reaksi terhadap suatu
obyek yang belum pernah dialami.
·
Giris, ialah perasaan yang timbul pada
seseorang apabila tidak terdapat lagi keseimbangan antara dirinya dan
lingkungan. Dll.
C. Pengertian IQ, EQ, dan SQ
Kecerdasan dapat dibagi dalam tiga macam kecerdasan ,
yang dapat kami jelaskan sebagai berikut :
a) IQ (Intelligent Quotient )
IQ ( Intelligent Quotient) merupakan tingkat
kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan intelektual, berupa kemampuan
intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima,
menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang kecerdasan intelektualnya
baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan
diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan
diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali
informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau
penciuman) biasa disebut "berfikir".
b) EQ ( Emotional Quotient )
EQ ( Emotional Quotient) merupakan tingkat kecerdasan
manusia yang ditinjau dari kecerdasan emosional, berupa kemampuan merasakan,
memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ
adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik
EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata,
tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati.
Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah
informasi yang didapat dari panca indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang
EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat
dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua
pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan lingkungannya, dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik,
sekaligus kehidupan sosialnya juga baik.
c) SQ (Spiritual Quotient )
SQ ( Spiritual Quotient ) merupakan tingkat kecerdasan
manusia yang ditinjau dari kecerdasan spiritual berupa kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding
dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan,
melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya
menggapai kualitas hanif dan ikhlas. SQ adalah suara hati Ilahiyah yang
memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat .
D. Mengaplikasikan Konsep IQ, EQ, dan SQ Dalam Proses Pembelajaran
Aplikasi konsep IQ, EQ, dan SQ dalam
pembelajaran perlu diakui bahwa IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja
dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) di dalam diri
kita, sehingga tak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan
dengan pembelajaran tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan
keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan.
Dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah
pendekatan yang mampu memahami karakteristik peserta didik sehingga lingkungan
sekolah benar-benar dapat memberi kesempatan bagi pengembangan potensi peserta
didik agar mencapai titik maksimal. Upaya untuk mengintegrasikan ketiga potensi
kecerdasan tersebut melalui proses pembelajaran tidaklah mudah. Hal ini
dikarenakan setiap peserta didik memiliki kekhasan masing-masing. Latar belakang
ekonomi, lingkungan sosial, bakat, minat, pengetahuan serta motivasi antara
satu murid dengan murid yang lain tidaklah selalu sama.
Oleh karena itu SQ merupakan landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ diperlukan untuk
memberikan makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan secara
komprehensif. Dalam pembelajaran diperlukan juga kreatifitas dan inovasi dari
pendidik agar proses pembelajaran tidak menjemukan yang tentu saja akan
berpengaruh pada prestasi peserta didik tetapi menyenangkan (enjoyful learning)
(EQ), bermakna (meaningful learning) (SQ), dan menantang atau problematis
(problematical learning) (IQ). Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan
tercipta manusia-manusia pembelajar yang selalu tertantang untuk belajar
(learning to do, learning to know) (IQ), learning to be (SQ), dan learning to
live together (EQ), serta selalu memperbaiki kualitas diri-pribadi secara
terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri yang
sesungguhnya (real achievement).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu – Umar. M. Edisi Revisi 2009. Psikologi Umum.Surabaya:
PT Bina Ilmu
Ahmadi, Abu. Edisi Revisi 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia